Selasa, 09 Juni 2009

cerpen

Menarik becak
Pagi tadi Fiki tidak masuk sekolah.seharian ia menarik becak bangUdin yang kebetulan pulang kampung.fiki menarik becak karena fiki ingi punya kemeja bermerek valino seperti kepunyaan Irul .tetapi mana mungkin orang tuanya yang miskin itu sanggup membelikannya .
Kebetulan sekali Bang udin sedang pulang ke kampung ,becaknya di titipkan di rumah fiki di kampung,paling tidak tiga hari. hitung-hitung , jika waktu tiga hari itu dapat digunakan oleh fiki untuk menarik becak Bang udin , kiranya pendapatannya cukup untuk membeli kemeja yang di inginkannya.
Maka sejak tadi pagi , fiki pun menarik becak Bang udin.ia telah minta izin kepada gurunya, untuk tidak masuk sekolah selama tiga hari,alasannya hendak pergi ke kampung menengok neneknya. Dari pagi hingga kira-kira pukul sembilan malam, fiki sudah dapat mengantongi uang empat puluh ribu rupiah lebih. Dan selama tiga hari ini selalu mujur demikian, cukuplah sudah uang fiki untuk membeli kemeja valino,Bahkan mungkin lebih.
Fiki mendayung becaknya perlahan-lahan menuju ke pasar malam yang hampir bubaran. Langit cerah, lampu-lampu listrik di sepanjang jalan pun sinarnya berseri-seri seperti mata si fiki. orang-orang berjalan ke luar dari pasar. dan fiki menghentikan becaknya di tempat yang kira-kira akan mendapat penumpangnya.
Diantara orang banyak yang baru saja keluar dari pasar malamitu juga terlihat guru fiki beserta istrinya. Rupanya iapun habis belanja, guru itu berjalan menuju arahnya. fiki mulai merasa cemas. fiki menekan topinya dalam-dalam untuk menutupi wajahnya. ia tidak berani memandang gurunya yang semakin dekat itu.
"Jalan sarif,Bang!"tiba-tiba kata gurunya,sambil memegang tepi kap becak fiki.
"Berapa Bang?"tanya gurunya pada fiki
"Dua puluh saja pak!"sahut fiki singkat dengan suara agak dibesar-besarkan,tetapi agak gemetar juga .
"lima belas ya..pak?"tawar gurunya
"Baiklah ,"akhirnya kata fiki untuk menghindarkan percakapan lebih panjang lagi dengan gurunya itu. sambil menggenjot becaknya yang di tumpangi oleh gurunya, fiki bersyukur sebab , agaknya pak guru tidak menyangka sedikitpun bahwa tukang becak yang menariknya itu sebenarnya si fiki, muridnya.
"Stop sini!"kata gurunya sesampai di depan rumahnya. guru si fiki dengan istrinyapun turun sambil menyodorkan dua lembar uang kertas yang di terima fiki tanpa diperiksa lagi.
Tetapi tiba-tiba ia terperanjat setengah mati, ketika hendak memasukkan uang ongkos becak dari gurunya itu ke dalam dompetnya. dua lembar uang kertas yang di terimanya itu ternyata bukan lima belas ribu , melainkan ribuan setelah berfikir sejenak , tanpa ragu-ragu ia kembali lagi memberikan uang itu kepada gurunya. Dan tatkala itu taulah pak guru itu bahwa penarik becak itu adalah Fiki, muridnya.
*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar